KUTIPAN MENGENAI PENALARAN DEDUKTIF
OLEH
UDI KUSPRIANTO
15109631 / 3KA28
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran deduktif dikembangkan oleh aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Dengan memperkirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Leverrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Penalaran deduktif dikembangkan oleh aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Dengan memperkirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Leverrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi
disebut konsekuensi.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum)
dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran
yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran
berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau
konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat
(kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah
yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa
tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir
yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan
ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
PENALARAN
DEDUKTIF
Penalaran Deduktif bergerak dari
sesuatu yang berifat umum kepada yang khusus. jika kita mengetahui S, sedangkan
P adalah dari S, maka dapat ditarik kesimpulan tentang P. penarikan kesimpulan
dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya
telah tersirat pada premisnya.
Contoh Penalaran deduktif :
-
Semua binatang punya mata
-
srigala
termasuk binatang
.:. srigala punya mata
penalaran deduktif dapat
merupakan silogisme dan entimen.
A. Silogisme
Silogisme adalah cara berpikir
formal, yang jarang terjadi dalah kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya
saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat
dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a) Semua yang melanggar peraturan B akan dihukum
b) Ia melanggar peraturan B.
c) Ia dihukum.
Sebuah
silogisme terdiri atas tiga term ( mayor, tengah dan minor) dan tiga proposisi
(Premis mayor, premis minor, dan kesimpulan).
CONTOH :
- Premis mayor : semua cendrakiawan adalah manusia pemikir
- Premis minor : Semua ahli filsafat adalah cendrakiawan
- kesimpulan : semua ahli filsafat adalah manusia pemikir
S P
Penjelasan
- proposisi 1 dan 2 merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan pada proposi 3
- proposisi 1 merupakan premis mayor, yaitu premis yang mengandung
pernyataan dasar umum yang dianggap benar dikelasnya. didalamnya terdapat
term mayor (manusia pemikir) yang akan muncul pada kesimpulan sebagai
predikat.
- proposisi 2 merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan
tentang segala khususnya yang merupakan bagian kelas premis mayor. di
dalamnya term minor (ahli filsafat) yang akan menjadi subjek dalam
kesimpulan.
- term mayor dihubungkan oleh term tengah (cendrakiawan) yang tidak
boleh diulang dalam kesimpulan. yang memungkinkan kita menarik kesimpulan
ialah adanya term tengah.
Dari penjelasan tersebut dapat
diringkas sebagai berikut.
- silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.
- proses penalaran dimulai dari premis mayor, melalui premis minor,
sampaiu pada kesimpuloan.
- strukturnya tetap; premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
- premis mayor berisi pernyataan umum.
- premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian
[remis mayor(term mayor).
- kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
B.
Persyaratan
Silogisme
- Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat tiga term.
CONTOH: semua manusia berakal
budi.
semua mahasiswa adalah manusia.
semua mahasiswa berakal budi.
- term tengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan.
- dari dua premis negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
- kalau kedua premisnya positif, kesimpulan juga positif.
- term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak mengandung
pengertian ganda/menimbulkan keraguan.
CONTOH: semua buku mempunyai halaman.
ruas mempunyai buku.
ruas mempunyai halaman.
- dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat
ditarik kesimpulan.
- premis mayor dalam siogisme mungkin berasal dari teori ilmiah.
penarikan kesimpulan dari teori ini mudah diuji. tidak jarang premis mayor
berasal dari pendapat umum yang belum dibuktikan kebenarannya.
2. ENTIMEN
Dalam kehidupan sehari-hari,
silogisme yang kita temukan berbentuk entimem, yaitu silogisme yang salah satu
premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
CONTOH:
menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua.
a. menipu adalah dosa.
b. karena (menipu) merugikan orang lain.
kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat minor)
maka silogisme dapat disusun:
premis mayor : ?
premis minor : Menipu merugikan orang lain.
kesimpulan : Menipu adalah dosa.
Dalam kalimat itu,yang
dihilangkan adalah premis mayor. perlu diingat bahwa premis mayor bersifat
umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. kita dapat berpikir kembali dan
menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang merugikan orang lain adalah
dosa. entimem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya. misalnya,
perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa. untuk
mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari kesimpulannya,
kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena itu, dengan
demikian, dan sebagainya. kalau sudah mencari tentukan premis yang dihilangkan.
contoh:
pada malam hari tidak ada matahari, jadi tidak mungkin terjadi
proses fotosintesis.
bentuk silogismenya adalah
premis mayor : proses fotosintesis memerlukan sinar matahai.
premis minor : pada malam hari tidak ada matahari.
kesimpulan : jadi, pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
Sumber Buku:
Judul buku : Bahasa Indonesia diperguruan tinggi
Penulis : Minto Rahayu
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Sumber lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar